“AL, lebaran kamu tahun ini jatuh di hari apa?”, tiba-tiba saja Ling menelpon setelah Al baru saja menyelesaikan shalat Tarawihnya di rumah.
“Tahun ini kalau menurut kalender sih tgl 24-25 Mei 2020, persisnya menunggu pengumuman pemerintah”, jawab Al sambil melipat sarung dan sajadahnya.
“Berarti persis mundur 11 hari dari Lebaran tahun kemarin ya Al”, ujar Ling, dengan nada memancing pembicaraan.
Ling tahu, Al paling gemar mengamati dan membahas terkait hal-hal yang selalu berulang, termasuk penanggalan, sehingga malam itu Ling merasa ingin ngobrol dengan topik menarik ini.
“Ling coba deh perhatikan, kalau lebaran dan juga hari-hari besar Islam selalu hadir secara ‘mundur’ setiap tahunnya, kenapa coba?”, tanya Al kemudian.
Ling tersenyum kecil seraya bergumam, “…..nah, terpancing juga nih Al, ya kan?”
“Menurut yang gue tahu sih karena ada selisih antara jumlah hari dalam satu tahun penanggalan Hijriyah yang digunakan oleh umat muslim, dengan penanggalan Masehi yang digunakan universal oleh penduduk dunia, betul kan?”, sambar Ling cepat.
“Betul Ling, tapi apa yang menyebabkan jumlah hari dalam satu tahun penanggalan tersebut berbeda, kan mustinya sama saja kan?”, tanya Al kemudian
“Ya karena 1 tahun-nya penanggalan Islam, berbeda dengan 1 tahun-nya penanggalan Masehi”, Jawab Ling seenaknya.
“Ya ampun Ling, semua orang juga tahu kalo itu sih, pertanyaanya kenapa berbeda?”, ujar Al mulai jengkel.
“Iya iya, habis kenapa dong, jelasin aja Al”
“Ok, yang membuat perbedaan jumlah hari dalam kedua sistem penanggalan tersebut adalah : sistem penanggalan Hijriyan mengacu pada peredaran bulan, dan sistem penanggalan Masehi berpedoman pada peredaran matahari”
“jumlah hari dari bulan purnama ke bulan purnama berikutnya adalah 29 hari atau 30 hari, sehingga dalam satu tahun penanggalan Hijriyah, terdapat 354 hari”
“Sementara jumlah hari dalam 1 bulan penanggalan Masehi adalah 30, 31 hari (bahkan bulan februari memiliki jumlah hari 28 atau 29 hari), sehingga dalam satu tahun ada 365 hari”
“Coba selisih kedua jumlah hari itu berapa?”
“Waaaah iya 11 hari, jadi itulah sebabnya kenapa tanggal hari Lebaran selalu maju 11 hari setiap tahunnya ya Al” ucap Ling girang.
“Karena ada selisih ini, berarti bisa terjadi lebaran kamu Al bisa terjadi 2 x dalam satu tahun dong ya, seperti kejadian tahun 2000 lalu”, ujar ling kemudian
“Betul sekali, bukan hanya hari lebaran yang bisa terjadi 2x dalam setahun, semua hari besar termasuk berpuasa di bulan Ramadhan bisa terjadi 2x dalam tahun masehi yang sama”
“Wah yang pusing mama aku dong, harus nyiapin THR 2x dalam satu tahun buat karyawannya”,pungkas Ling.
“Oh ya ling, ada yang menarik lagi tentang penanggalan berdasarkan peredaran bulan ini. Kamu tahu kan penanggalan Tionghoa juga menggunakan patokan bulan seperti juga penanggalan Islam. Tapi kenapa Imlek tidak pernah terjadi 2x dalam satu tahun?”, tanya Al kemudian
“Wah iya ya, Imlek selalu jatuh di bulan Februari atau Maret, tidak pernah diluar bulan itu, kenapa begitu ya Al?” tanya Ling kembali penasaran
“Iya Ling, ceritanya nanti lagi ya, gue mau tidur dulu, besok mau sahur, dadaaahhh”, Al menutup telp nya.
Klik…tuuuuuuuut.***
Surakarta, 8 Mei 2020
Leave a Reply